Supernwes.co.id-Jumlah merek mobil di Indonesia meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir, terutama berkat kehadiran produsen otomotif asal China yang agresif merambah pasar. Namun, tren tersebut diperkirakan tidak berlangsung lama. Kompetisi ketat dan transformasi teknologi membuat banyak pelaku baru berpotensi tersingkir, menyisakan hanya merek dengan fondasi bisnis yang kuat.
Pandangan tersebut diungkapkan Wang Peng, Chief Operating Officer (COO) Chery Sales Indonesia (CSI). Ia menilai industri otomotif Tanah Air akan mengalami proses “seleksi alam” layaknya yang terjadi di China sebelumnya.
Dominasi Merek Otomotif China Mulai Menguat
Kembalinya Chery ke Indonesia menjadi salah satu faktor yang menggairahkan pasar otomotif. Selain Chery, merek seperti BYD, GAC Aion, Xpeng, Jetour, BAIC, dan Neta terus memperluas jaringan penjualan serta memperkenalkan teknologi elektrifikasi terbaru.
Namun, kuatnya penetrasi ini bukan tanpa risiko. Wang Peng menegaskan pasar yang kompetitif akan mengeliminasi pemain yang tidak mampu mempertahankan kualitas dan kekuatan finansial.
“Sekarang mungkin ada 10–15 brand, tapi 5 sampai 10 tahun lagi mungkin hanya tersisa kurang dari 10 pemain besar dari China, Jepang, dan negara lain,” ujarnya saat ditemui di dealer Jaecoo Mampang, Jakarta.
Menurutnya, pabrikan asal China memiliki gambaran jelas mengenai masa depan tersebut karena telah mengalaminya secara langsung. Industri otomotif China pernah diwarnai ratusan merek, namun kini hanya segelintir yang bertahan di pasar domestik maupun global.
Sejarah Menjadi Pelajaran
Wang menyebutkan ada banyak brand otomotif China yang gagal ekspansi karena lemah dalam inovasi dan manajemen. Bahkan beberapa di antaranya kini berada di ambang kebangkrutan.
Ia mencontohkan fenomena di industri ponsel sebagai pembelajaran penting. Nama besar seperti Nokia yang dulu berjaya kini tergeser oleh pemain baru dengan inovasi lebih cepat seperti iPhone, Xiaomi, dan Huawei.
“Tidak ada yang bisa menjamin masa depan. Hanya mereka dengan fondasi kuat dan kemampuan adaptasi tinggi yang akan bertahan,” tegasnya.
Chery Siapkan Fondasi Jangka Panjang
Optimisme Chery menguat karena mereka telah berhasil masuk dalam jajaran 500 merek otomotif global dengan posisi 233. Selain itu, strategi global yang menaungi Jaecoo dan Omoda memberi daya saing lebih besar dalam menghadapi perubahan pasar.
Data Gaikindo turut memperlihatkan perkembangan positif. Hingga September, Chery mencatat penjualan retail 15.104 unit dengan pangsa pasar 2,6 persen. Angka tersebut menempatkan Chery sebagai merek mobil China terlaris kedua di Indonesia setelah BYD.
Hasil ini menegaskan penerimaan masyarakat terhadap pilihan kendaraan baru, terutama yang menawarkan teknologi dan harga kompetitif.
Mobil Listrik Jadi Arena Perang Utama
Transformasi menuju kendaraan listrik (EV) menjadi faktor terbesar dalam persaingan industri otomotif ke depan. Pemain yang lambat mengadopsi teknologi elektrifikasi berisiko tertinggal.
Produsen China unggul di sektor ini berkat kemampuan produksi skala besar dan efisiensi baterai. Sementara produsen Jepang masih lebih banyak mengandalkan hybrid, meski mulai mempercepat pengembangan EV murni.
Indonesia menjadi pasar penting karena dukungan pemerintah terhadap ekosistem kendaraan listrik, termasuk investasi baterai dan pabrik perakitan.
Masa Depan Hanya Milik Pemain Tangguh
Menghadapi persaingan yang tak terhindarkan, Chery menegaskan komitmennya untuk menjadi bagian dari industri dalam jangka panjang.
“Kami ingin memastikan Chery adalah salah satu brand yang mampu bertahan dalam perubahan cepat industri otomotif,” tutup Wang Peng.
Kesimpulannya, pertumbuhan merek otomotif di Indonesia memang memberi konsumen lebih banyak pilihan. Namun dalam beberapa tahun mendatang, hanya perusahaan dengan inovasi teknologi, kekuatan finansial, dan jaringan purna jual solid yang akan tetap eksis. Indonesia akan menjadi panggung seleksi alam yang menentukan siapa pemimpin industri di era elektrifikasi.










